Walau dua tahun mengerjakan proyek Biophilia, Bjork malah seakan 'menantang' para peretas atau hacker untuk 'membebaskan' Biophilia dari belenggu sistem operasi iOS milik Apple. Dengan demikian Biophilia dapat diubah formatnya dan bisa dinikmati fans Bjork di perangkat yang menggunakan sistem operasi lain, seperti ponsel berbasis Android dan Blackberry.
"Saya seharusnya tidak mengatakan ini," kata Bjork kepada Drowned in Sound. "Tapi saya percaya bahwa para pembajak di luar sana tak akan diam dan sekedar berpangku tangan," lanjut Bjork.
Namun, Bjork mengatakan para programer app Biophilia harus memikirkan antisipasi dari kemungkinan di-crack-nya Biophilia dari sistem operasi iOS itu.
"Karena itu kami harus meyakinkan diri, ketika kami membuat program itu, tentu mereka (hacker) akan mengubah ke dalam sistem lain. Saya tidak begitu paham apakah secara teknologi itu memungkinkan," ucap pelantun "Army of Me" ini.
Bjork mengklaim album Biophilia akan memiliki nilai musik punk, yang anti-kemapanan. Namun, selama ini Apple terlanjur dicap sebagai simbol kemapanan. Bagaimana tanggapan Bjork tentang dualisme itu?
"Tentu ada polaritas di situ, ada konfik. Solusinya, mungkin saya harus berperan seperti 'Kofi Annan' dan mencoba agar dua dunia itu saling berkomunikasi," jawab Bjork.
Ini pula juga yang menjadi harapan Bjork, agar kelak ada software yang memungkinkan album barunya yang berformat multimedia itu bisa dinikmati di sistem operasi dan perangkat yang lebih murah.
"Saya pernah mengunjungi Afrika dan Indonesia. Banyak pula orang yang tinggal di rumah kardus, tapi memiliki ponsel. Semua orang mengirim sms. Tentu hanya soal waktu sebelum ponsel layar sentuh berharga murah," ujar Bjork.
Dalam mengembangkan Biophilia, Bjork bekerja sama dengan sejumlah pengembang app, ilmuwan, penulis, peneliti, musisi, pembuat instrumen. Dengan cara ini Bjork yakin musik yang diciptakannya memiliki cara unik juga untuk mempelajari sains, alam, dan musikologi.
0 comments:
Post a Comment