Menurut laman Associated Press, saat ini pemerintah Korut telah memulai revolusi digital di negeri itu. Para murid di sekolah dasar hingga menengah maupun mahasiswa di negara ini mulai dapat mengakses Internet--meski terbatas tentunya--sebagai sarana belajar alternatif pengganti buku.
Korut masih diberi status sebagai negara paling ketat sedunia dalam menerapkan pembatasan Internet. Para pengguna tidak dapat mengakses Internet global, kecuali sejumlah situs yang dibolehkan.
Namun demikian, di balik masalah kelaparan dan kesulitan pangan rakyatnya, teknologi komputer adalah angin segar baru yang memberi harapan. Kini, istilah CNC, e-libraries, IT, bahkan sistem operasi domestik berlabel Red Star dan situs Naenara, mulai menghiasi pemikiran warga Korut.
Salah satunya adalah mesin CNC (computer numerical control) yang ramai diberitakan media Korut, tahun lalu. Sistem ini telah mengubah tatanan produksi Korut, mulai dari pensil hingga sandal, sehingga semua bisa dibuat dalam waktu lebih cepat. Di Barat, mesin ini telah ada sejak 1960. Tapi di Korut, mesin ini dianggap sebagai simbol modernisasi.
Para ahli memperkirakan ada dua motif yang melandasi perkembangan ini. Pertama, Korut hendak mencetak para ahli komputer untuk menandingi kemampuan para ahli negara tetangga, Korea Selatan. Kedua, modernisasi pada bidang industri dan informatika dianggap sebagai kampanye politis untuk mempromosikan Kim Jong-un, pewaris kepemimpinan Kim Jong-il. Jong-un, yang merupakan lulusan Swiss, dikenal sebagai seorang yang melek teknologi.
"Hal ini memberikan rakyat alasan untuk memuja dia. Kim Il-sung dikenal sebagai legenda militer, begitu juga Kim Jong-il. Jika saya ada di posisi mereka, saya akan menempatkan Jong-un sebagai inovator teknologi," kata Bryan Myers, ahli hubungan internasional khusus propaganda Korea Utara.
Berbagai produk buatan pusat komputer Korut, yang telah didirikan sejak 1990, disinyalir telah menyebar hingga ke Jerman, China, Suriah, Uni Emirat Arab, dan negara lainnya. Sejak saat itu pula, Korut secara diam-diam telah membuat perangkat lunak bagi berbagai bank di Timur Tengah.
Kendati Korut tidak mendapat jatah ekspor produk-produk perusahaan besar Amerika Serikat, seperti iPhone dan iPad, namun konsultan IT dari Belanda, Paul Tija, yang telah lama bekerja untuk Korut, mengatakan itu tidak menjadi masalah buat Pyongyang. Pasalnya, Korut masih bisa meraup uang dengan membuat perangkat lunak maupun gameuntuk produk-produk tersebut melalui perusahaan kongsi antara pemerintah Korut dengan perusahaan Barat, Nosotek. Presiden Nosotek, Volker Eloesser, mengatakan perusahaannya juga kerap membuat game untuk Facebook, Nintendo Wii, dan BlackBerry.
Kemajuan teknologi di Korut ini tidak lepas dari ucapan terkenal pemimpin negeri komunis ini, Kim Jong-il. Dia mengatakan terdapat tiga jenis orang bodoh di abad ke-21, yaitu mereka yang merokok, mereka yang tidak menghargai musik, dan mereka yang tidak becus menggunakan komputer.
0 comments:
Post a Comment